Bulan Ramadan menjadi waktu yang istimewa bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah, termasuk melaksanakan salat tarawih. Selain mendatangkan pahala, beberapa orang juga menganggap salat tarawih sebagai bentuk aktivitas fisik karena gerakannya yang berulang serta jumlah rakaatnya yang cukup banyak.

Karena melibatkan gerakan tubuh yang dilakukan secara terus-menerus, salat tarawih sering kali disamakan dengan olahraga. Namun, menurut spesialis kedokteran olahraga dari Mayapada Hospital Tangerang, dr. Febianto Nurmansyach, SpKO, terdapat perbedaan mendasar antara olahraga, latihan fisik, dan aktivitas fisik biasa.

“Salat termasuk dalam kategori aktivitas fisik, yaitu segala sesuatu yang melibatkan pergerakan tubuh dan menghasilkan energi,” jelasnya dalam wawancara dengan detikcom, Rabu (5/3/2025).

Sebagai contoh, aktivitas seperti menyapu, mengepel, atau berjalan kaki juga termasuk dalam aktivitas fisik, namun bukan latihan fisik maupun olahraga.

Jika suatu aktivitas dilakukan secara terstruktur, terencana, dan berulang, maka masuk dalam kategori latihan fisik. Sedangkan olahraga memiliki unsur kompetisi, sehingga salat tarawih tidak termasuk dalam kategori tersebut.

Meskipun demikian, dr. Febianto mengakui bahwa gerakan dalam salat dapat memberikan manfaat kesehatan, terutama karena salat tarawih dilakukan dalam waktu yang cukup lama dengan jumlah rakaat yang banyak, yaitu 11 atau 23 rakaat.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa gerakan dalam salat dapat berkontribusi terhadap kesehatan, salah satunya meningkatkan kesehatan kardiovaskular.

“Jika salat tarawih dilakukan secara konsisten setiap hari selama satu bulan penuh, tentu dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan,” ungkap dr. Febianto.

“Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa gerakan dalam salat dapat membawa manfaat bagi kesehatan psikologis, meningkatkan fungsi jantung dan paru-paru, serta menjaga kesehatan otot, tulang, dan persendian,” tambahnya.