Peluang Besar! Indonesia Bisa Jual Jasa Penyimpanan Karbon ke Dunia
Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam pasar jasa penyimpanan karbon global, berkat keunggulannya dalam menawarkan biaya yang kompetitif. Hal ini disampaikan oleh Wakil Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Wakil Kepala Bappenas, Alphyanto Ruddyard, dalam pertemuannya dengan perwakilan EU-ASEAN Sustainable Connectivity Package Investment Facility (EU SCOPE IF) pada Senin, 10 Maret 2025.
Menurut Alphyanto, potensi besar Indonesia dalam penyimpanan karbon dapat dimanfaatkan untuk memasarkan jasa ini ke luar negeri. Namun, untuk merealisasikan peluang tersebut, Indonesia perlu membangun ekosistem yang mendukung, termasuk merumuskan regulasi yang jelas dan kuat. Dengan adanya regulasi yang tepat, Indonesia dapat menarik investor swasta untuk berinvestasi dalam teknologi penangkap dan penyimpanan karbon atau yang dikenal dengan sebutan Carbon Capture and Storage (CCS).
“Kerja sama dengan Uni Eropa sangat penting dalam memperkuat regulasi yang ada, sehingga dapat menciptakan iklim investasi yang menarik bagi sektor swasta,” ujar Alphyanto. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur dan kebijakan terkait sangat penting agar Indonesia bisa memanfaatkan peluang di sektor ini secara optimal.
Lebih lanjut, Deputi Bidang Pangan, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas, Leonardo AA Teguh Sambodo, menjelaskan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menjalankan pembangunan rendah karbon dalam dua dekade mendatang. Salah satu langkah utama dalam upaya ini adalah percepatan transisi energi, yang diharapkan dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Dalam lima tahun ke depan, Indonesia akan fokus pada implementasi teknologi CCS atau Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), serta pembatasan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara. Hal ini menjadi bagian dari rencana besar Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Perwakilan dari EU SCOPE IF, Pedro Pimentel, juga menegaskan bahwa Uni Eropa siap memberikan dukungan kepada Indonesia dalam mengembangkan sektor penyimpanan karbon. Uni Eropa telah berpengalaman dalam mendukung proyek-proyek inovatif di bidang CCS dan memiliki berbagai referensi yang dapat dijadikan acuan untuk Indonesia. Pimentel menambahkan, selain dukungan teknis, Uni Eropa juga menawarkan program capacity building, kunjungan lapangan, dan pengembangan model kerja sama lintas negara untuk memastikan bahwa investasi dalam CCS di Indonesia dapat berkelanjutan dan menguntungkan.
Dengan kolaborasi ini, diharapkan Indonesia dapat memperkuat kapasitas teknologinya dalam penangkap karbon, sekaligus mengembangkan sektor energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, yang akan memberikan dampak positif baik untuk perekonomian maupun kelestarian lingkungan di masa depan.