GAMKI Kritik Tindakan Intimidasi Militer di Gereja Pniel Bentas, Ambon

Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) mengecam dugaan intimidasi yang dilakukan oleh anggota Kodam XV Pattimura terhadap jemaat di Gereja Pniel Bentas, Ambon. Peristiwa ini terjadi saat berlangsungnya ibadah Minggu, memicu berbagai reaksi keras dari masyarakat luas.

Insiden bermula ketika seorang anggota Satuan Pembinaan Mental Kodam XV Pattimura membacakan surat penolakan terhadap pengangkatan Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) di hadapan jemaat. Langkah tersebut dianggap sebagai campur tangan yang tidak seharusnya dalam urusan internal gereja, menimbulkan ketegangan di antara jemaat dan pihak militer. Hal ini menunjukkan perlunya pengelolaan hubungan antara militer dan masyarakat sipil dengan lebih bijaksana.

GAMKI menilai tindakan tersebut melanggar kebebasan beribadah dan hak asasi manusia. Mereka mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah tegas guna memastikan peristiwa serupa tidak terulang. Tanggapan ini mencerminkan pentingnya menjaga kebebasan beragama dan menekankan netralitas institusi militer dalam persoalan keagamaan.

Kapendam XV Pattimura, Kolonel Inf. Heri, mengklarifikasi bahwa kejadian tersebut terjadi akibat kurangnya komunikasi dan koordinasi antara gereja dan pihak militer. Ia menegaskan tidak ada niat untuk mengintimidasi, melainkan hanya memberikan penjelasan terkait kebijakan yang ada. Pernyataan ini menunjukkan pentingnya komunikasi yang baik untuk menghindari kesalahpahaman di masa depan.

Peristiwa ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan jemaat Gereja Pniel Bentas, di mana sebagian anggota merasa hak beribadah mereka terganggu. Beberapa warga bahkan mengaku terancam dengan tindakan yang dilakukan oleh pihak militer, sehingga menyoroti perlunya perlindungan terhadap kebebasan beragama.

Dengan adanya kecaman dari GAMKI serta respons masyarakat yang cukup kuat, semua pihak berharap agar pemerintah dan militer lebih menghormati kebebasan beragama dan memperbaiki komunikasi dengan komunitas keagamaan. Kejadian ini diharapkan menjadi pelajaran berharga untuk menciptakan hubungan harmonis antara negara dan masyarakat, serta menjaga stabilitas sosial di Ambon. Pemulihan kepercayaan antara masyarakat dan institusi negara akan menjadi langkah penting dalam mencapai tujuan tersebut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *