China Siap Bangun PLTA Terbesar di Dunia, Tak Tertandingi Rekornya Sendiri!
China tengah merencanakan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) terbesar di dunia, yang akan terletak di tepi timur dataran tinggi Tibet. Proyek ambisius ini, yang disetujui pemerintah, bertujuan untuk memperkuat kapasitas energi terbarukan negara tersebut dan berperan besar dalam mencapai target netralitas karbon. Menurut laporan dari Reuters pada Kamis (26/12/2024), bendungan tersebut akan dibangun di hilir Sungai Yarlung Zangbo, dan diperkirakan mampu menghasilkan sekitar 300 miliar kilowatt-jam listrik setiap tahunnya.
Angka produksi tersebut hampir dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan PLTA terbesar yang ada saat ini, yakni Bendungan Tiga Ngarai (Three Gorges Dam), yang juga terletak di China. Dengan kapasitas produksi yang luar biasa besar, proyek ini diharapkan dapat berkontribusi pada pemenuhan target energi terbarukan China, serta mempercepat pencapaian tujuan puncak emisi karbon dan netralitas karbon pada 2030 mendatang.
Pembangunan PLTA ini juga diperkirakan akan menyerap sepertiga potensi pembangkit listrik tenaga air di China, yang sekaligus mendorong pertumbuhan industri terkait serta menciptakan peluang kerja baru di Tibet, sebuah daerah yang kini tengah berkembang pesat. Biaya pembangunan bendungan ini diperkirakan akan melebihi biaya pembangunan Three Gorges Dam yang mencapai 254,2 miliar yuan, termasuk biaya untuk relokasi 1,4 juta orang yang terdampak proyek tersebut.
Namun, proyek besar ini tidak tanpa tantangan. Meski pihak berwenang China mengklaim bahwa pembangunan PLTA tidak akan memberi dampak besar terhadap lingkungan atau pasokan air di hilir, keberadaan bendungan tersebut diperkirakan akan mempengaruhi ekosistem lokal yang kaya dan sangat beragam di dataran tinggi Tibet. Dampaknya terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan sekitar juga menjadi perhatian utama, mengingat bahwa proyek ini akan melibatkan pemindahan sejumlah besar penduduk.
Selain itu, negara-negara yang berada di hilir Sungai Yarlung Zangbo, seperti India dan Bangladesh, juga telah menyuarakan kekhawatiran mereka. Sungai Yarlung Zangbo, yang setelah meninggalkan Tibet akan dikenal sebagai Sungai Brahmaputra, mengalir melalui negara bagian Arunachal Pradesh dan Assam di India, sebelum akhirnya sampai di Bangladesh. Kekhawatiran utama adalah bahwa pembangunan bendungan ini bisa mengubah aliran sungai serta ekologi di kawasan tersebut, yang tentunya berpotensi mempengaruhi jutaan orang yang bergantung pada sungai ini untuk kebutuhan hidup mereka.
Dengan proyek ambisius ini, China menunjukkan komitmennya untuk memperkuat kapasitas energi terbarukan, meskipun hal ini juga menimbulkan potensi dampak luas yang perlu dipertimbangkan oleh negara-negara tetangga dan masyarakat internasional. Seiring dengan kemajuan pembangunan, perhatian global terhadap dampak ekologi dan sosial dari proyek ini akan semakin meningkat.